Saturday, October 18, 2014

Be Honest to Ourself


Satu minggu yang lalu, pada hari yang sama seperti hari ini, di waktu yang hampir sama pula, saya dan teman-teman Students Care melakukan kegiatan rutin kami yaitu berkunjung ke SMA di Klaten dan memberikan sosialisasi mengenai jurusan kuliah. 

Kebetulan saya masuk di kelas yang kata teman-teman, kelas favorit. Kenapa favorit? karena siswa-siswi nya aktif dan sangat mendukung kegiatan kami selama ini.

"Ritual" pembuka untuk mengawali sosialisasi biasanya kami mengajak siswa untuk melakukan ice breaking agar suasana kelas menjadi cair dan lebih fun. Pada saat itu saya mengajak teman-teman satu kelas semua untuk menuliskan mimpinya pada satu kertas, selama 5 menit kami semua menulis mimpi-mimpi kami, begitu pula dengan saya yang menulis mimpi saya di papan tulis.

Semua siswa merasa excited, dan mereka larut dalam imajinasinya masing-masing. Mungkin hal ini jarang sekali mereka lakukan dan saya rasa guru juga jarang yang memberikan "soal" seperti itu kepada muridnya. Hingga ketika 5 menit berlalu dan saya menghentikan kegiatan mereka menulis mimpi, mereka sontak berkata: 
"yaaaaah.... mas masih banyak yang belum ditulis..."
Saya senang sekali mendengar hal tersebut dari mereka, rasanya saya menjadi seperti Einstein, memberikan porsi lebih kepada imajinasi untuk bermain dengan liar.

Lalu saya meminta satu anak untuk maju ke depan membacakan mimpinya...

Lalu satu anak maju dan mulai membaca, siswi tersebut memiliki mimpi yang sangat tinggi, dia ingin sekali ke luar negeri, berkunjung ke berbagai negara. Dia juga ingin menari dan menyanyi. Namun kemudian ketika dia bercerita tentang keinginan kuliah, dia memilih jurusan IT (Teknologi Informasi / Teknik Informatika).

Menyanyi, Menari dan IT menurut saya hal yang berbeda, lalu saya bertanya pada dia:

"Kamu ingin menyanyi dan menari, apakah itu passionmu?"
 "Iya, saya suka dengan seni, saya juga mengikuti kegiatan tari tradisional di sekolah, saya pun suka menyanyi walaupun suara saya kurang bagus. hehe"
"Kamu suka menyanyi dan menari, lalu kamu ingin kuliah di jurusan IT? kenapa tidak ambil kuliah yang sesuai passionmu?" 
"Hm.. (sedikit ragu) saya juga suka hal-hal berbau informasi mas.."

Dalam percakapan sehari-hari, kalian semua pasti bisa membedakan, mana jawaban yakin dengan jawaban ragu, ketika seseorang merasa yakin biasanya dia menjawab dengan antusias dan dengan raut wajah yang cerah, namun juka kurang yakin terkadang agak sedikit berpikir dan tidak lancar dalam menjawab, begitu pula dengan siswi tersebut, ketika dia berkata tentang menari dan menyanyi dia menjawab dengan antusias, berbeda ketika dia menjawab jawaban kedua tentang IT, ada sedikit keraguan dan tidak mantap dalam menjawabnya.

Setelah siswi tersebut duduk, saya mulai dengan memberikan sosialisasi jurusan selama satu jam, kemudian di akhir sesi, saya membuka pertanyaan dan banyak dari siswa-siswi tersebut masih kebingungan dengan dirinya sendiri.

Rata-rata mereka belum mengetahui apa yang menjadi keinginanya, apa yang menjadi hal yang disukainya. Dan ketika ada siswa yang sudah mengerti hal yang disukai mereka menganggap bahwa itu tidak sesuai dengan background pendidikanya. Lalu ada pula yang merasa bahwa apa yang disukainya tidak akan memiliki prospek yang cerah dan "tidak keren".

Dari pertemuan itu, saya belajar bahwa, jangankan siswa SMA, saya yang sudah kuliah saja kadang masih bingung dengan apa yang saya inginkan. Yang sering mengganjal adalah kegilaan imajinasi melawan realitas. Saya memiliki keinginan dan ide tanpa batas, namun realitas terkadang membatasi hal-hal tersebut, sehingga saya tidak berani lagi untuk bermimpi.

Yang kita impikan hanyalah seperti apa yang kita lihat di sekeliling kita, misalnya, seorang mahasiswa teknik cita-citanya ya jadi insinyur, ahli teknik, pekerja di lapangan ataupun di perusahaan.

Padahal terkadang, hal-hal tersebut bukanlah apa yang kita inginkan. Banyak contoh misalnya mahasiswa yang kuliah di teknik tapi menyukai fotografi, adventure, volunteering, social movement, bisnis dll. Sebagian dari mereka memang mengejar apa yang mereka inginkan, namun kebanyakan dari mereka akan membuang jauh-jauh mimpi tersebut dan menjadi seperti kebanyakan orang di lingkunganya.

Beberapa minggu ini saya sedang melakukan kegiatan terkait dengan tugas akhir saya di salah satu perusahaan otomotif di Yogyakarta. Dan saya menemukan bahwa banyak sekali pekerja di sana yang menyerah pada kondisi, dan terjerumus dalam rutinitas yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Mereka rela bekerja hingga lembur, terpapar bising yang tinggi dan tidak pulang saat hari-hari besar seperti Lebaran atau Natal. Semuanya mereka lakukan karena uang. Karena mereka memiliki tanggung jawab untuk menafkahi keluarganya. Namun, apakah hal tersebut membuatnya bahagia? kadang iya, namun lebih banyaknya tidak. Saya bertanya pada pekerja di sana

"Pak, apakah Bapak tidak merasa capek sepulang kerja? dengan kondisi kerja yang keras dan lingkungan kerja yang tidak nyaman ini?"
"Ya jelas capek mas, sering sekali saya pulang ke rumah dan sudah tidak bisa meladeni anak saya ataupun istri saya karena terlalu capek. Tapi ya gimana lagi mas. Bahkan saya sering di protes saudara karena setiap Lebaran tidak silaturahmi tapi malah kerja"

Lalu saya tanya dengan salah satu karyawan yang masih muda

"Mas, mas mau kerja di sini terus mas?"
"Sebenernya ya dek, saya pengenya cari modal disini untuk usaha di kemudian hari"
"Memang mau bisnis apa mas?"
"Nah itu saya tidak tahu"

Bahkan beberapa dari mereka adalah penglaju yang perjalanan pulang pergi memakan waktu satu jam, belum jika terkena macet.

So, apa yang harus saya lakukan?

Sepertinya saya harus mulai belajar untuk jujur kepada diri sendiri, menjadi diri sendiri dan memilih segala hal yang saya suka untuk saya jadikan sumber pendapatan. Banyak cara untuk mendapatkan hal tersebut. Baik pekerja, maupun pengusaha, semuanya bisa dilakukan dengan menyenangkan asal apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita cintai.

Ketika saya bekerja nanti, mungkin saya harus apply di perusahaan dengan posisi yang tepat, sehingga pekerjaan rutin saya akan selalu fun karena memang itulah yang saya sukai. Atau mungkin ketika nanti saya menentukan ingin bisnis, sepertinya kategori bisnis tersebut haruslah yang saya benar-benar sukai, sehingga untung maupun rugi saya tetap merasa happy.

Saya yakin bahwa ketika kita melakukan hal yang kita suka akan selalu ada spirit luar biasa untuk terus memberikan kita suntikan motivasi dalam segala aktivitas kita. Dan mungkin memang kejujuran akan diri sendiri akan membuat kita merasa bahwa "this is the life i really want"

Hidup hanya sekali, mengapa kita harus memilih sesuatu yang tidak kita suka? sementara banyak sekali cara untuk mendapatkan happiness tersebut.

Kata Saptuari Sugiharto
"Kamu ragu dengan rezeki dari Allah? Allah maha kaya!"

No comments:

Post a Comment