Saturday, May 24, 2014

Youth Contribute


Akhir-akhir ini saya sedang tertarik dengan konsep “pemuda agent of change” dan “youth contribute”.

Sewaktu Najwa Shihab on air di UGM beberapa waktu yang lalu, ada quote menarik yang membuat saya panas, yaitu (kalau tidak salah)

“Untuk apa pendidikan tinggi, tapi hanya untuk memuaskan perut sendiri”

Saya tersinggung dengan quote tersebut, saya merasa “mak-jleb” karena memang apa yang saya lakukan sejauh ini hanyalah “memuaskan perut sendiri”. Kondisi “mak-jleb” semakin menjadi-jadi setelah beberapa waktu lalu saya mengikuti forum pemuda nasional “Future Leader Summit 2014” di Semarang (16 Mei – 18 Mei 2014).

Selama tiga hari saya dicekoki konsep “Youth Contribute” yang benar-benar membuat saya panas dan membara. Panas karena realita memang menunjukkan bahwa banyak pemuda berpendidikan tinggi yang tidak membuka mata dengan kondisi sekitar, dan semakin membara karena saya merupakan salah satu “pemuda” tersebut.

Saya adalah mahasiswa yang masuk dalam kategori “pemuda” dan “pendidikan tinggi” yang belum melakukan kontribusi apapun untuk Negara ini. Jangankan Negara, kontribusi untuk daerah asal pun hampir dibilang sangat-super-minim. Kontribusi untuk daerah yang dapat saya ceritakan hanyalah saat Kuliah Kerja Nyata di Klaten, itupun hanya dua bulan dari empat tahun saya menjadi mahasiswa, itupun juga merupakan tugas wajib dari kampus, kalaupun itu bukan tugas wajib pastilah saya tidak akan pernah/mau ber-prihatin-ria di daerah asal saya.

Di forum tersebut saya bertemu dengan teman-teman inspiratif dari seluruh Indonesia, eksistensi mereka di forum tersebut membuat saya semakin panas, membara dan malu. Malu karena saya yang seharusnya sangat memiliki potensi untuk melakukan kontribusi lebih, malah tidak ada apa-apa nya disbanding mereka-mereka yang berasal dari daerah. Kontribusi mereka bagi masyarakat sekitar sangatlah nyata. Berbeda dengan saya yang hanya “paham” tentang kontribusi untuk orang lain namun tidak melakukan.

Di forum tersebut pula saya di “brainwash” oleh sosok-sosok super-inspiratif seperti ibu Adinindyah (Sosial Entrepreneur, pemilik House of Lawe Lurik), Singgih S Kartono (founder magno & spedagi) dan Handry Satriago (CEO GE Indonesia). Dari mereka darah saya dibuat mendidih untuk segera melakukan kontribusi nyata untuk Indonesia, terlebih untuk daerah asal.

Ada tips dari ibu Adinindyah mengenai kontribusi bagi sekitar dalam bidang social-entrepreneur yang mungkin dapat diterapkan pada bidang mana saja, yaitu konsep 5D:
  1. Discover | cari ide untuk proyek sosial, cari peluang, cari tantangan
  2. Dream | bayangkan akan seperti apa proyek itu nantinya, bayangkan anda akan menjadi apa bila proyek tersebut berhasil terlaksana
  3. Design | atur, tata, planning dengan menggunakan ilmu yang sudah kita miliki
  4. Deliver | sinergikan dengan sumber daya yang lain, usahakan sekeras mungkin, kerahkan semua tenaga untuk itu
  5. Do it now! | lakukan sekarang juga!

Poin kelima “Do it now!” itulah yang benar-benar menantang saya, saat ini saya sudah dalam fase terakhir perkuliahan, namun saya sadari saya belum melakukan apapun untuk kontribusi nyata bagi negeri ini. So, apakah saya harus “Do it now???”, terngiang-ngiang pula perkataan dari Bapak Singgih Kartono:

“Kalau ingin sempurna, jangan menunggu sempurna!”

Kita tahu bahwa segala sistem di Indonesia ini belumlah sempurna, apakah kita hanya akan terus mengkritiknya saja? Kita tahu bahwa sistem tersebut belum sempurna, semua mahasiswa tahu itu, namun apakah kita mau untuk menjadikannya sempurna? Tidak semua mahasiswa mau.
Ibu Adinindyah menambahkan:

“Jika ingin berkontribusi, jangan berpikiran terlalu makro, jangan terlalu big dan ribet. Coba cari potensi yang paling simple di daerah mu, angkat lah hal tersebut menjadi proyek sosial”

Semakin panas rasanya darah ini, ingin rasanya berkontribusi bagi orang lain, ternyata untuk melakukan kontribusi tidak perlu memikirkan yang susah-susah, lakukan hal yang simpel dahulu.

Di forum tersebut, saya bertemu dengan mahasiswa kedokteran UGM yang sudah membuat movement di bidang pendidikan. Sewaktu saya berdiskusi mengenai pembuatan komunitas sosial, dia memberi saran:

“Tidak perlu mikir ribet, yang penting segera lakukan. Ide-ide positif akan lebih baik jika segera dilakukan, sehingga tidak hanya sekedar ide saja. Sebuah komunitas sosial membutuhkan sosok-sosok yang selalu membara untuk tetap berkontribusi untuk orang lain. Apabila proyek social tersebut berhasil, perasaan puas dan bangga akan menjadi bonus dari segala yang telah dilakukan”

Kontribusi identik dengan berbuat demi kepentingan orang lain. Ada cerita menarik mengenai kontribusi sosial yang pernah saya dengar dari seorang CEO perusahaan multinasional. Beliau adalah Bapak Ahmad Yuniarto (Chairman Schlumberger Indonesia). Beliau memiliki desa binaan di daerah Bantul Yogyakarta. Desa tersebut merupakan desa korban merapi tahun 2007 silam. Menurut beliau, pemuda di desa tersebut benar-benar sudah putus harapan. Jangankan untuk sekolah, mimpi bisa sekolah aja tidak terpikirkan. Maka, bapak Ahmad beserta adiknya berusaha membina desa tersebut untuk tetap semangat dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Dari kerja keras bersama-sama, akhirnya desa tersebut kini telah menjadi desa yang cukup mampu untuk berdiri sendiri. Bahkan ada dua pemuda yang saat ini telah menjadi mahasiswa di dua PTN bergengsi di Yogyakarta. Keberhasilan kedua pemuda tersebut dapat menginspirasi pemuda-pemuda desa lainnya untuk berani bercita-cita memiliki pendidikan yang tinggi. Bapak Ahmad berkata:

“Dapat membimbing dan mencetak dua pemuda yang dapat mewujudkan mimpinya tersebut lebih membanggakan dan menyenangkan rasanya dibandingkan saat terpilih menjadi CEO”

So, tunggu apalagi wahai pemuda terbaik Indonesia, kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi?.
Buktikan bahwa kita adalah pemuda, agent of change!
Mari berkontribusi, mari bersinergi!


----------------------------
Saat ini saya sedang berusaha untuk membuat sebuah komunitas sosial-pendidikan yang bertujuan untuk sedikit memperbaiki sistem pendidikan di lingkungan Sekolah Menengah Atas. Wish me luck.

2 comments:

  1. good luck for your project za! ditunggu cerita suksesmu di masa depan :D

    ReplyDelete
  2. Thank you has, semoga kita semua sukses dikemudian hari, agar ketika bertemu nanti banyak inspirasi yang diambil satu sama lain. Good luck for us!

    ReplyDelete