Saturday, September 20, 2014

Leader

Leadership adalah action, mengambil peran, mengemban tanggung jawab. Challenge your weakness, kurung diri Anda pada situasi tidak bisa kemanapun,maka Anda akan bisa memunculkan kemampuan yang luar biasa.Ketika sudah memilih untuk menjadi pemimpin, dan membuat keputusan,bersiaplah untuk tidak populer - Singgih S Kartono
Tiga kali saya bertemu tokoh ini, pada waktu expo mata kuliah produk desain, saat Future Leader Summit, dan terakhir hari ini saat audisi Nutrifood Leadership Award. Walaupun sudah 3 kali bertemu, tapi saya tetap merasa amaze dengan sosok satu ini. Singgih Susilo Kartono, desainer kelas dunia peraih banyak penghargaan yang merupakan lulusan Produk Desain ITB dan kini menetap untuk mengembangkan desanya, desa Kandangan, Temanggung.

Seorang yang menerjang batas, membalikan kebiasaan, membawa skill dan wawasan kelas dunia untuk diterapkan di desa tercintanya. Visinya adalah mengembangkan desa, karena baginya, desa adalah miniatur Indonesia. Desa memiliki segalanya, mulai dari pemerintahan, sistem, sumber daya manusia, maupun sumber daya alam. Menurutnya, sejatinya, masyarakat desa adalah masyarakat yang mandiri dan dapat mencukupi kebutuhanya sendiri.

Lulus dari ITB beliau kembali ke desa. Mengembangkan produk yang sangat unik, Radio Magno, The Wooden Radio. Kenapa radio? karena Pak Singgih gerah dengan sikap masyarakat yang suka membuang-buang barang yang tidak perlu. Kini radio bukanlah barang yang menarik, seringkali radio di rumah-rumah warga tidak digunakan lagi karena kalah dengan televisi dan media lain. Begitu pula dengan kayu, kayu di Indonesia adalah kayu yang berkualitas bagus, namun masyarakat Indonesia tidak menyadari hal itu dan menjual murah kayu tersebut. Maka, pak Singgih ingin memadukan konsep tersebut, membuat produk yang memiliki banyak memori dengan desain yang unik dan premium class sehingga Radio tidak lagi menjadi barang murahan yang dipandang sebelah mata. Radio Magno telah melalang buana di berbagai negara melalui berbagai event dan pameran, produk Magno juga sempat masuk di museum London sebagai desain produk terbaik.

Uniknya, tempat produksi Magno ada di desa, bukan di kota. Sementara itu karyawan Magno juga merupakan warga desa sekitar yang dididik oleh Pak Singgih sehingga menghasilkan produk dengan kualitas kelas atas.

Kenapa Desa? Karena pak Singgih ingin mengembalikan desa menjadi sebuah komunitas yang berkualitas dan dapat menghidupi dirinya sendiri. Untuk mewujudkan mimpinya, ia membuat gerakan Village Revitalization bernama Spedagi. Tujuanya untuk mengundang orang-orang kota kembali ke desa dan belajar dari desa. Spedagi sendiri adalah sepeda yang berasal dari bambu. Kenapa bambu? karena sejauh ini bambu hanya dibuang dan hanya dijadikan bahan-bahan untuk produk yang kurang menjual, hanya dijadikan alas untuk buang sampah, untuk tempat sampah, atau untuk tempat buah, sayur di pasar. Dengan tangan dingin pak Singgih, bambu dapat diubah menjadi sepeda yang kuat dan sexy.

Tidak main-main, Spedagi sendiri sudah merambah Jepang dengan gerakan Spedagi-Jepang. Memang Pak Singgih selain dikenal di Indonesia juga dikenal di Jepang. Dan gerakan ini akan diperluas hingga Singapura, Eropa dan negara-negara lain.

Kegiatan "gila" yang dilakukan Pak Singgih yang lain adalah membuat konferensi internasional "International Conference of Village Revitalization" pada bulan Maret 2014 di desa Kandangan, dimana pesertanya adalah dari berbagai negara dan dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ibu Mari Elka Pangestu. Dimana untuk mendukung kegiatan konferensi tersebut, desa Kandangan benar-benar diubah menjadi tempat yang asik dan berubah menjadi tujuan wisata baru dengan berbagai fasilitas eksotis pedesaan seperti hamparan sawah, perkebunan kopi, pohon-pohon bambu, dan bahkan terdapat home stay dengan sunrise view window.

Pak Singgih mengaku selalu bersemangat dalam meraih mimpinya, karena apa yang dilakukanya adalah apa yang dicintainya. Walaupun banyak sekali halangan dan rintangan, mulai dari dikucilkan oleh masyarakat, disangka orang gila, hingga bersitegang dengan pemerintah sudah pernah ia alami. Namun, beliau selalu bangkit dan bangkit kembali. Terus berusaha untuk memajukan lingkungan sekitar.

Apa yang dilakukan Pak Singgih adalah bentuk Leadership yang langka menurut saya, langka dan mahal. Sangat jarang sekali sosok seperti pak Singgih ini. Seorang dengan kualitas Internasional namun memilih untuk kembali ke Desa dan berkarya di sana. Beliau adalah lulusan ITB yang notabene sangat memiliki peluang untuk berkarier hingga ke seluruh penjuru dunia, namun, apa yang dilakukan pak Singgih adalah suatu yang "breakthrough" dan "Anti Mainstream".

Saya suka sekali dengan sosok-sosok seperti ini. Sosok dengan penuh prestasi, namun tetap membumi. Seperti istilah dari Anies Baswedan, memiliki world class competence, namun memiliki grass root understanding.

Saya harap kita semua bisa meneladani apa yang beliau lakukan. Semoga ilmu-ilmu yang kita pelajari bisa memberikan impact bagi lingkungan sekitar, khususnya untuk daerah kelahiran kita. Semoga kita tetap memiliki rasa idealis dan nasionalis. Walaupun mencicipi pendidikan, pengalaman kelas internasional, namun tetap kembali ke daerah asal untuk membangun daerah menjadi lebih baik lagi.

Akhir-akhir ini saya sering melihat video TEDx, baru saja hari kemarin saya melihat TEDx dari Ridwal Kamil dan Betti Alisjahbana, speech kedua sosok ini relevan dengan apa yang dilakukan oleh Pak Singgih, dimana seseorang yang berpendidikan tinggi sudah selayaknya untuk kembali dan berkontribusi untuk daerah asal.

So, apa kontribusi Anda untuk daerah asal?
Sejauh apapun Anda melangkah, setinggi apapun pendidikan yang Anda miliki, sekaya apapun Anda nantinya, pastikan untuk tetap memiliki keinginan memajukan daerah asal karena siapa lagi yang akan memajukan daerah-daerah di Indonesia jika bukan putra-putri daerahnya sendiri.

Be a Leader to make your environtment better.

No comments:

Post a Comment