Thursday, December 18, 2014

Care for Nation


Beberapa hari yang lalu saya dan teman-teman terlibat dalam percakapan "urun rembug" tentang Indonesia. Kegiatan yang semula belajar english conversation itu berubah haluan menjadi membicarakan Indonesia karena beberapa keyword yang terucap seperti "dream, pembangunan, peran pemuda, nasionalisme, kepedulian, dll"

Dua kali saya berdiskusi mengenai hal itu, hari Senin dan hari Kamis lalu, dan menurut saya diskusi tersebut berakhir dengan "sad ending", bahwa nyatanya, menurut kami, Indonesia masih jauh dari negara dengan sistem yang baik dari sisi pemerintah maupun masyarakatnya.

Ada satu topik yang ingin saya tulis disini terkait diskusi tersebut yaitu tentang "kepedulian membangun Indonesia".

Teman saya, seorang mahasiswa teknik, bercerita ada kakak kelasnya yang sangat pintar dan potensial. Ia kamudian lulus dengan nilai yang memuaskan kemudian berencana untuk menjadi dosen di almameternya, namun kenyataan berkata lain, ia ditolak karena suatu alasan yang aneh, bahwa ia adalah seorang keturunan Tionghoa. Karena sakit hati, lantas ia melamar menjadi dosen di Kanada, dan ia sangat dihargai di sana, hingga sampai saat ini ia menetap di negara tersebut.

Kami yang mendengar cerita tersebut berkomentar macam-macam tentang hal tersebut, ada yang menyalahkan almameternya, namun ada juga yang menuding bahwa kakak kelas tersebut "kurang" nasionalis. Namun kemudian teman saya menganalogikan demikian:
"Situasi tersebut sepertinya sulit. Bayangkan jika kamu menyukai seorang wanita, namun ketika sudah melamar wanita tersebut tidak menyukaimu dan menolakmu, lantas apa yang akan kamu lakukan? sangat wajar jika kita pasti memutuskan untuk pindah ke wanita yang lain."
Bagaimana pendapat Anda?

Saya pribadi sebenarnya kurang setuju, saya termasuk pihak yang menyayangkan keputusan pergi tersebut. Jika memang orang tersebut serius dan peduli, maka ia akan mencari seribu cara untuk tetap mengabdi di Indonesia. Ya memang sangat idealis pemikiran saya karena mungkin saya tidak benar-benar bisa membayangkan.

Namun kemudian, saya berpikir bahwa:
"menjadi baik itu sulit"  
Sulit dan tidak semua orang mampu dan mau. Di masa seperti ini, menjadi orang yang baik terkadang tidak mudah untuk dapat survive. Sulit karena sekarang ini yang baik disangka buruk, yang buruk menjadi baik.

Kemudian pikiran saya melayang pada sosok-sosok seperti Bapak Habibie, Bapak Emirsyah Satar, Bapak Ignasius Jonan dan Bapak Singgih Kartono. Betapa saya merasa bahwa perjuangan mereka pastilah berat dan tidak mudah.

Bapak Habibie tidak akan diragukan integritasnya dalam membangun Indonesia, ia rela pulang ke Indonesia padahal pada saat itu ia menjadi direktur perusahaan di Jerman. Namun ketika ia pulang, ternyata apa yang ia dapatkan tidak seperti yang ia dapatkan, beribu jalan terjal ia lewati, kritik ia tuai, namun hingga detik ini ia masih memiliki passion yang luar biasa besar untuk membangun dirgantara Indonesia.

Bapak Emirsyah Satar, Presdir Garuda. Ketika diminta untuk "mengurus" Garuda, dari berita yang saya dengar di TV, gaji beliau di perusahaan sebelumnya mencapai 500 juta per bulan, kemudian ia harus menangani Garuda yang saat itu terpuruk dan ia "hanya" digaji enam kali lebih kecil dari gaji sebelumnya. Namun ia mampu membuktikan dengan kinerjanya bahwa saat ini Garuda Indonesia adalah maskapai kebanggaan Indonesia.

Kemudian Bapak Ignasius Jonan yang juga sebelumnya merupakan jajaran atas di perusahaan multinasional perbankan. Ia diminta untuk mengurusi carut marut perkeretaapian di Indonesia. Namun ia terpanggil untuk membenahi kereta api dan hasilnya menurut saya memuaskan. Sebagai pengguna saya merasa bahwa kereta api menjadi lebih nyaman. Sepertinya Indonesia juga mengapresiasi perjuangan beliau terbukti dari award "CEO of the year" yang ia terima tahun ini dan juga kini ia dipercaya menahkodai masalah perhubungan di Indonesia sebagai Menteri Perhubungan.

Begitu pula dengan Bapak Singgih Kartono yang merupakan sosok pemimpin luar biasa, karena dengan kualitas global yang ia miliki, ia masih tetap setia membangun desanya, Desa Kandangan, walaupun banyak pihak yang tidak mendukungnya, bahkan ada beberapa masyarakat desa itu sendiri yang tidak mendukung.

Menurut saya, sosok-sosok tersebut memiliki satu value yang sangat luar biasa, yaitu "Care"

Mereka pastilah orang-orang yang sangat peduli akan kemajuan bangsanya, mereka rela mengorbankan hal-hal besar demi memenuhi cita-cita bangsa. Saya rasa sulit sekali untuk memiliki value itu, sulit sekali.

Bayangkan saja, ketika kita sudah memperoleh kemewahan, kenyamanan, keteraturan kita dipaksa untuk "nyemplung" ke situasi yang menuntut kita untuk melepas segala hal-hal indah tersebut, apakah semudah itu kita bisa? saya yakin hal itu sulit.

Jadi, dapat saya simpulkan, memang banyak sekali masalah di Indonesia ini, namun sepertinya segalanya akan menjadi baik jika kita mau untuk "care".

Sebagai penutup akan saya tulis quote saya pribadi:
"seberapa jauh kita melangkah, seberapa tinggi impian yang sudah kita raih, seberapa lamanya kita berjuang, namun, pulanglah, pulang kembali membangun negeri agar dapat mandiri berdiri di kaki sendiri"

No comments:

Post a Comment