Sunday, March 30, 2014

Failure


-----------------------------------------------------------------------
Postingan ini super subyektif, jadi ya ini murni dari pemikiran saya
-----------------------------------------------------------------------

Gagal

Sepertinya kata "Gagal" itu seringkali kita dengar. Tapi tiap-tiap orang memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyikapi kegagalan. Ada yang takut gagal, biasanya mereka benar-benar berusaha semaksimal mungkin agar tidak gagal. Ada yang tidak takut gagal, biasanya mereka menganggap bahwa kegagalan itu wajar. Tapi ada yang lebih ekstrem lagi, adalah orang-orang yang malah MENCARI KEGAGALAN, atau yang pernah saya dengar dari beberapa entepreneur di seminar-seminar, yaitu tindakan untuk "menghabiskan jatah gagal".

Dalam mengatasi kegagalan pun berbeda-beda. Ada orang-orang yang benar-benar depresi ketika menghadapi kegagalan, ada yang lari dari kegagalan (cuek), ada yang berusaha untuk introspeksi dari kegagalan, ada pula yang malah MENIKMATI kegagalan.


Menyikapi kegagalan menurut saya tergantung dari sifat seseorang, ada yang bisa memotivasi diri sendiri apabila terjadi kegagalan, ada yang harus dimotivasi oleh orang-orang terdekat (istilah gaulnya sekarang di "puk-puk". hehe), ada pula yang harus merenung dulu (seperti teman saya yang ketika itu galau dan menyendiri ke pegunungan naik motor sendirian pagi-pagi buta), ada pula yang menyalahkan kondisi dan orang lain ketika gagal, dll.

Saya sendiri?

Saya sendiri berbeda-beda saat menyikapi kegagalan, saya bisa dengan cepat sadar dan berusaha memperbaiki keadaan, terkadang saya juga harus bercerita kepada orang lain (biar dapet "puk-puk"), terkadang saya menyalahkan orang lain (sering.hehe), kadang saya baca-baca artikel motivasi agar terbuka wawasanya, kadang saya liat-liat berita tivi (lumayan ampuh buat motivasi karena memang di tivi itu tayanganya ngenes-ngenes, alhamdulillah saya masih belum se"ngenes" orang-orang yang ada di tivi)

Menurut saya pribadi, hal yang saya hindari saat gagal adalah... "merenung". Karena terkadang merenung itu menambah pikiran-pikiran negatif, yang ada malah nyalah2in diri sendiri. Saya sering ketika gagal, saya tiduran, merenung, menerawang, bukanya mendapat pencerahan, yang ada malah saya merasa kalau saya ini manusia ter-tolol sedunia dan malah memperburuk keadaan, biasanya berakhir dengan kepala pusing.

Sering gagal?

Sangat sering, saya merasa malah lebih sering gagal daripada sukses (ngenes). Tapi iya, terkadang saya melihat hidup teman (kampus) saya itu kok lancar-lancar aja, berprestasi, punya banyak temen, nilai bagus, pengalaman banyak, ikutan lomba menang terus, beda sama saya, nilai pas-pasan, hidup morat-marit, sering ngilang, dll.

Kegagalan yang sering dirasakan?

Saya mahasiswa dan bercita-cita jadi pemimpin suatu saat nanti, so, kehidupan saya sebagai mahasiswa tak lepas dari belajar untuk memimpin. Daaaan.... hal itulah yang banyak gagal nya menurut saya.

Saya pernah menjadi Wakil Kepala Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, saya merasa gagal disini, saya "menghilang" di pertengahan hingga akhir kepengurusan, sibuk di organisasi lain, jarang ikut rapat, jarang ikut kumpul, lalu saya merasa kurang belong juga disini. Sampai suatu ketika saat saya dicalonkan untuk menjadi ketua departemen untuk kepengurusan selanjutnya, teman saya komentar dengan sinis
"Reza itu dulu bagus, tapi akhir-akhir ini menghilang entah kemana"
Fix, teman-teman saya menganggap saya tidak bertanggung jawab, dan memang seperti itu keadaanya, saya maklum dan saya rasa benar sekali kalo saya "gagal" disini.

Saya pernah menjadi Ketua Umum Balairung Klaten Association (Keluarga Mahasiswa Klaten UGM), memang banyak improvement yang saya buat disini, tapi saya belum merasa berhasil. Karena banyak sekali teman-teman seangkatan saya yang mundur dari organisasi ini. Saya yang dulu punya teman seperjuangan (angkatan 2010) sekitar 15 orang, saat menjabat menjadi ketua, menyusut menjadi 10, akhir kepengurusan menjadi hanya 3 orang, dan sekarang yang bertahan dan masih setia cuman 1 orang. Banyak yang bilang saya sangat keras waktu itu, tidak punya planning, egois, pemarah, dll. Saya rasa hal tersebut yang membuat teman-teman seangkatan saya tidak kuat berada di sini. Dan saya rasa, saya lumayan gagal saat itu.

Saya pernah menjadi Koordinator Mahasiswa Sub-Unit 1 KKN-PPM UGM 2013. Saat itu saya mengetuai 6 orang mahasiswa dari berbagai jurusan untuk melakukan kegiatan yang berguna bagi masyarakat. Saat awal kepengurusan memang terlihat baik-baik saja, namun menjelang pertengahan akhir, hanya 2 orang yang dapat bertahan dan mendukung keputusan saya. Saat itu saya merasa sangat gagal, mungkin kegagalan terbesar dalam kepemimpinan saya. Teman-teman saya bilang kalau saya itu kejam, tukang marah, ga santai, seenak sendiri, suka buru-buru, ga perhatian, dll. Suatu ketika saya ditanya teman kos saya
                                 Teman   : "Masih suka ngumpul ga sama temen KKN?"
                                 Saya      : "Enggak"
                                 Teman   : "Loh kenapa? Emang ga bisa jadi keluarga ya?"
                                 Saya      : "umm...."
Ya memang saya akui, sebagai ketua saya super gagal. Saya tidak berhasil membentuk kekompakan, kekeluargaan. Hingga saat ini pun saya bisa dibilang tidak punya teman KKN yang masih rajin kontak-kontakan. Satu pun tidak ada.

dan..

Saat ini saya menjadi ketua StudentsxCEOs Jogja, saya berusaha untuk tidak gagal kali ini, saya tidak ingin terulang kembali kegagalan-kegagalan masa lalu. Tapi, kenyataan berkata lain. Disini saya juga diuji habis-habisan. Bukan karena anggota saya yang jelek, tapi saya nya yang paling tidak berkompeten di tim ini. Saya merasa cukup kesulitan untuk memimpin sebuah tim yang memiliki 7 anggota yang di atas rata-rata. Saya merasa proses yang ada di tim saya ini belum maksimal, dan itu adalah kesalahan saya sepertinya. Lagi-lagi saya merasa gagal. (sedih)

hingga suatu ketika saya berdiskusi dengan salah satu anggota tim saya, dia adalah wanita yang super sibuk, super berprestasi, super pintar, dll.
Saya     : "Menurutmu aku kurang ga?"
Teman  : "Enggak kok, sebagai ketua mas sudah berusaha yang maksimal"
Saya     : "Tapi aku merasa gagal.."
Teman  : "Mas, pemimpin itu dipilih karena memang dia yang paling pantas untuk memimpin. Bayangin, waktu pemilihan ketua, mas datang paling telat, lalu kita semua belum kenal sama mas, tapi kok ya forum setuju kalo mas jadi ketua?"

Dari situ saya berkaca.. Apa memang ini takdirnya. Jalanya memang seperti ini. Saya langsung terbayang dua pemimpin hebat yaitu Soekarno dan Nabi Muhammad saw. Soekarno memang saya akui luar biasa hebat, pandai negosiasi, berwibawa, berkarisma, cerdas, kritis, persuasif, dll. Memang saat itu Indonesia membutuhkan pemimpin yang tepat untuk kemerdekaan. Dan saya rasa Soekarno adalah pemimpin yang tepat (pada waktu itu). Nabi Muhammad saw, tidak diragukan lagi sosok kepemimpinannya, perjuangan beliau dalam dakwah Islam sungguh luar biasa mengingat saat itu banyak sekali kaum kafir yang sangat melenceng dari agama. Kondisi Islam saat itu benar-benar kacau, dan memang perjuangan Rasul tidaklah mudah, cacian, gunjingan, ancaman, perang adalah hal biasa dalam hidup Rasul. Tapi beliau tetap tabah, kuat, sabar hingga akhirnya Islam mencapai kejayaanya (pada waktu itu)

Saya sangat belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut, menurut saya tidak ada seseorang yang hebat tanpa sebelumnya gagal terlebih dahulu. Saya berusaha untuk selalu mengambil sisi positif ketika saya mengalami kegagalan. Memang sangat sulit luar biasa mengingat saya adalah manusia biasa (yang masih labil sepertinya). Sangat tidak mudah. Saya akui sangat berat. Namun saya yakin, jika saya bisa lalui kegagalan-kegagalan ini, saya sangat yakin suatu saat pasti akan berguna untuk saya. Saya bersyukur masih merasakan gagal, apa jadinya jika saya selama ini mulus-mulus saja hidupnya, dan suatu ketika merasakan gagal, saya yakin saya akan langsung terpuruk. Positifnya saya mungkin sudah terbiasa gagal dalam memimpin, dan saya berharap suatu ketika saat saya menjadi pemimpin kelak, saya sudah terbiasa dengan hal ini dan dapat menyikapinya dengan bijaksana.

Saya adalah manusia yang beriman, saya yakin Allah adalah sumber dari segalanya. Kegagalan pun saya yakini adalah jalan yang memang sudah Allah berikan untuk saya. Dan jika suatu saat saya sudah tidak kuat lagi dalam menyikapi kegagalan, dan kekuatan manusia tidak dapat mengatasi rasa terpuruk tersebut, akan saya kembalikan semuanya kepada Allah, karena

"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah (zikrullah) hati menjadi tenang".Q-S Ar-Ra'd ayat 28.

Salam gagal! :)

No comments:

Post a Comment