Saturday, April 5, 2014

Between Youth and Future

"Pemuda harapan bangsa"
 Kemarin, terjadi perbincangan antara saya dengan teman-teman organisasi. Topik yang kita bahas adalah Pemuda, Masa Depan, Visi, dan Saat ini. Perbincangan berlangsung cukup seru, banyak ide-ide dan informasi menarik mengenai pemuda. Ada yang bercerita tentang pemudi pembuat batik kultur yang sangat menginspirasi, ada yang sharing mengenai cara membuat visi, ada yang membicarakan cita-cita, semuanya positif dan menawarkan masa depan. Tanggapan dari kita-kita ada yang positif, terinspirasi dan ingin segera bergerak, tapi ada juga yang galau dan nyeletuk

"Anjrit, gw jadi bingung masa depan gw kayak gimana"

Statement itu mungkin biasa jika diucapkan oleh pemuda pengangguran, ga punya kerjaan, IP pas-pas an, dll. Tapi yang menyebutkan statement itu adalah teman saya dengan IP 3,8 dari salah satu jurusan teknik yang habis pulang ngerjain skripsi di salah satu perusahaan migas nasional yang beberapa bulan yang lalu sukses menjuarai lomba leadership di Bandung. Saya tidak tahu apakah dia hanya sekedar bercanda (karena memang suka bercanda orangnya), atau benar-benar merasa bingung.

Kalo memang dia merasa bingung, berarti diskusi kita waktu itu sukses membuka wawasannya, bahwa di luar sana masih banyak pemuda yang luar biasa dan melewati jalan yang anti-mainstream. Saya sendiri juga merasa seperti itu, saya berkaca pada diri sendiri bahwa seharusnya yang melontarkan statement bingung tadi itu lebih cocok saya. Jangankan melihat pemuda jauh di luar sana, dibanding teman saya itu (yang saat itu duduk di depan saya) saya masih belum apa-apanya.

Tapi menurut saya, masih beruntung jika kita merasa bingung dengan masa depan, artinya kita merasa aware dengan masa depan kita. Karena banyak juga pemuda yang malah tidak memikirkan masa depan. Banyak sekali malah.

Pada waktu sebelumnya, saya berbincang-bincang dengan teman satu jurusan di warung burjo dekat kos. Perbincanganya tentang komunitas pemuda yang memiliki gerakan super positif. Saat itu kita bahas mengenai komunitas-komunitas pemuda yang ada di Jogja, dimana komunitas tersebut melakukan gerakan yang bermacam-macam seperti membagikan nasi gratis bagi para gelandangan, menampung anak-anak jalanan untuk dilatih bermain musik dan berbisnis, melatih anak-anak SMA untuk melek ekonomi, membuat perpustakaan keliling, membuat acara pentas seni untuk anak-anak yatim piatu, dll. Semuanya berbau positif.

Dari perbincangan itu kita merasa bahwa kita belum ada apa-apanya, seakan-akan kita hanya memikirkan diri sendiri, istilah kasarnya "memuaskan perut sendiri"

Hal itu memang hal yang wajar di kalangan pemuda khususnya mahasiswa. Dimana mahasiswa mempunyai pemahaman bahwa korupsi itu buruk, Indonesia sedang bobrok, budaya terkikis, dan fakta-fakta negatif lainya. Sebenarnya mahasiswa tahu hal itu. Tapi apakah kita mau untuk memperbaikinya untuk masa depan? tidak semua pemuda mau. Saya pun juga seperti itu, saya tahu bahwa sebenarnya banyak sekali hal positif yang bisa kita lakukan, tapi rasa malas, capek, repot, ga punya teman dan lain lain itu menghambat saya.

Yang saya yakini adalah saya masih muda, saya masih punya idealisme dan cita-cita. Selama saya bisa bermanfaat untuk orang lain dan syukur-syukur bisa bermanfaat untuk Indonesia, saya akan lakukan itu.

Perbincangan di warung burjo berakhir dengan saran sok-sokan dari saya untuk teman saya:

"Apapun cita-cita mu, mau jadi apa kamu besok, se-hebat apapun kamu, tetap selipkan prinsip 'making impact for the others' dalam hidupmu walaupun hanya sedikit"


*) Super sok-sok'an memang, tapi saya juga punya prinsip seperti itu kok :)

No comments:

Post a Comment